Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Bersama Prof. Marsigit : Narasi Besar Dunia

Dalam perkuliahan Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M. A, beliau memaparkan secara garis besar mengenai narasi besar dunia. Sebagai pembuka, Prof. Marsigit memberikan analogi mengenai perkembangan filsafat yang diibaratkan air yang mengalir dari pegunungan sampai ke lautan. Dilanjutkan dengan analogi pemikiran manusia yang diibaratkan ikan yang berada di lautan. Ikan-ikan ini sedang berjuang mengarungi lautan untuk menjadi air yang jernih karena air yang samapi di lautan tersbut sudah dicemari oleh pengaruh perkembangan filsafat.
            Prof. Marsigit melanjutkan penjelasannya dengan memaparkan bahwa filsafat yang dianut adaah filsafat bahasa. Sebelumnya beliau juga pernah menjelaskan bahwa bahasa adalah rumah manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa bahasa adalah inti dari segala aktivitas manusia karena segala hal yang berhubungan dengan manusia selalu melibatkan bahasa di dalamnya. “sebenar-benar filsafat adalah bahasa; sebenar-benar dirimu adalah bahasamu; sebenar-benar rumahku adalah bahasa; dan sebenar-benar pikiran adalah bahasa”, ungkap Prof Marsigit.
            Filsafat terbagi menjadi dua dunia secara garis besar, yaitu dunia langit dan dunia kenyataan. Di dunia langit ada keyakinan yang erat kaitannya dengan dunia spiritual. Di dalam dunia langut terdapat keyakinan akan sang Pencipta. Prinsip dan aturan akan keyakin akan Tuhan YME adalah absolutisme dan monoisme. Sumber pemahaman akan spritualisme adalah hati, ketetapan dan kebenaran akan kitab suci dan hadist dalam agama islam.
            Sokrates adalah salah satu tokoh filsuf pada awal perkembangan filsafat dunia. Sokrates menyatakan pemikirannya berfilsafat adalah mengejar satu definisi absolut atas satu permsalahan melalui satu dialektika (id.wikipedia.org wiki/Socrates). Plato merupakan murid dari socrates dan pemikiran Plato pun dipengaruhi oleh. Plato membedakan dunia menjadi dua yaitu dunia idea dan dunia inderawi. Dunia Idea adalah yang hanya terbuka bagi rasio manusia. Di dalam dunia ini tidak dikenal perubahan karena semua Idea dianggap abadi dan bisa diubah. Sedangkan dunia Inderawi adalah dunia gelap yang memuat benda-benda konkret dimana benda ini dapat dirasakan oleh panca indera manusia. Dunia Inderawi adlaah refleksi dari dari dunia ideal. Pemikiran Plato ini akhirnya ditenatang oleh muridnya sendiri yaitu Aristoteles. Adalah Aristoteles yang mengemukakan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada.
            Prof. Marsigit juga mengemukakan bahwa kehidupan pada dasarnya berjalan dengan intuisi. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku (https://id.wikipedia.org/wiki/Intuisi). Prof marsigit memberikan contoh tentang konsep cinta, sayang, sedih, dll. Manusia dapat memahami konsep-konsep tersebut tanpa sadar kapan konsep ini mulai kita pahami.
            Selanjutnya Prof. Marsigit menyebutkan tokoh filsuf lainnya yakni Immanuel Kant, Immanuel mempertanyakan dapatkah kita memperoleh pengetahuan dengan cara a priori. Apriori adalah pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman. Atau dengan kata lain, sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan bahwa seseorang dapat berpikir dan memiliki asumsi tentang segala sesuatu, sebelum bertemu dengan pengalaman dan akhirnya mengambil kesimpulan (https://id.wikipedia.org/wiki/Apriori). Immanue Kant menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan didapatkan dengan sintetik A priori dan dengan cara aposteriori.
            Prof Marsigit juga mengemukakan bahwa ada perbedaan yang sangat mendasar antara matematika orang dewasa dan matematika anak-anak. Matematika murni menurut Immanuel Kant belum bisa dikatakan sebagai pengetahuan. Matematika bagi anak-anak didapatkan dari pengalaman. Sehingga pemebalajran matematika di sekolah dasar seharusnya bersifat realisme.
            Di akhir penjelasannya Prof Marsigit menjelaskan tentang fenomena Auguste Comte. Auguste Comte adalah satu filsuf aliran positivisme. Ia menolak bentuk pengetahuan seperti etika, agama dan seni karena menurutnya pengetahuan hanya di dapata dari fakta-fakta yang teramati. Ideologi ini tentunya harus diperangi karena tidaklah sesuai dengan indeologi bangsa Indonesia.

Sumber:
id.wikipedia.org wiki/Socrates
https://id.wikipedia.org/wiki/Apriori

Komentar